Selasa, 10 Desember 2013

Bahan MK TIK Perkantoran

Silahkan klik link berikut.

https://drive.google.com/file/d/0BxSQ63LC60KecDlqU20tMkRFcms/edit?usp=sharing

Rabu, 22 Desember 2010

Perjalanan dari sebuah perjalanan Sumedang - Bandung

Berjuang sampai tidak bisa melihat esok...

Sebuah bis AC jurusan Cirebon-Bandung berhenti tepat di depan saya yang sedang menunggu angkutan umum. Begitu masuk, suasana yang panas terik di pinggir jalan berubah sejuk karena pengaruh Air Conditioner bus. “..Ahhhh nyamannya.... “. Tempat duduk lumayan banyak yang kosong, jadi agak leluasan memilih tempat duduk di posisi yang favorit, bangku kedua sebelah kiri bagian belakang, dekat pintu keluar. Sejarahnya mengapa saya menyukai bagian itu di bis, karena dulu pernah membaca hasil penelitian, tempat itulah yang biasanya selalu tersisa dengan utuh pada bis-bis yang mengalami kecelakaan. Ceritanya antisipasi, cari aman nih..... Begitu bis melaju dengan kencang meninggalkan pusat kota Sumedang, tempat duduk bis sudah hampir terisi penuh. Ketika akan masuk jalur Cadas Pangeran, yang sekarang kanan-kiri nya terdapat bekas longsoran tanah dari atas, atau longsor ke bagian bawah (jurang, lho.....) naiklah seorang bapak kira-kira berumur 54 tahunan (terkaan koq angkanya gak biasa ya? Kayak yang tahu persis saja...biarlah, agak dramatisir biar rame.....). Saya sendiri gak begitu memperhatikan si Bapak itu, karena asyik membolak- balikkan halaman Kompas.com membaca topik Rekening Gendut Sang Jendral Polisi.....tiba-tiba keasyikan itu terhenti dengan sapaan penuh hormat si bapak tadi, “Punten Bapa, bilih ngaganggu...punten nya”, sambil duduk agak ke bibir kursi, sepertinya beliau takut badannya menyenggol tangan atau bagian tubuh saya.... Sambil tersenyum, berusaha untuk menyambut keramahan si bapa tadi dengan senyum lebih ramah (walau dibuat-buat...he..he...) “Oh, mangga bapa, teu sawios-wios, wong (bahasa jawana kaluar teu ka kontrol....) korsina oge kangge 2 an....geser atuh, palih dieu, bilih geubis....” sambil menunjukkan tempat kosong yang belum terisi karena si bapak duduknya di tepi kursi. Akhirnya beliau bergeser ke sebelah kiri, dan kayaknya duduknya nyaman. Singkat cerita, terjalin percakapan yang diawali dengan percakapan standar, tanya mau kemana, dari mana..... dan seterusnya. Akhirnya saya tahu, beliau itu namananya Pak Mamat, beliau adalah pengantar bambu (potongan bambu sepanjang 10-15 meter yang ditumpuk kira-kira 15-25 batang yang di tengah-tengahnya disimpan roda delma atau ban mobil, di dorong, di bagian depan dan tengahnya disimpan obor untuk penerangan) yang biasa ditemui oleh kita yang biasa melakukan perjalanan malam melewati Cadas Pangeran ke Bandung dari Citali, wilayah kecamatan Pamulihan-Tanjungsari ke Kiaracondong, atau Cicaheum yang upah sekali antar bambu itu adalah uang Rp.13.000 plus beras 5 Kg. Dalam seminggu, frekuensi beliau mengantarkan bambu ke Bandung sebanyak 2 kali. Berangkatnya jam 10 malam dan sampai di Bandung jam 5 pagi. Beliau nampaknya seorang yang shaleh, pengakuannya, dalam perjalanan mengantar bambu itu beliau biasa menyempatkan untuk shalat malam sambil istirahat di sebuah mesjid, dan tentunya shalat shubuhnya juga gak pernah ketinggalan (teu siga abdi, Subrang wae....) Subhanallah..... Dari percakapan yang semakin mendalam (dengan sedikit mempraktekkan teknik indepth interview, he..he..padahal mah tukang "ngabako" = tukang ngobrol...) terkuak bahwa beliau datang ke Bandung dalam rangka satu urusan....meminta bantuan seseorang dalam rangka pengurusan pengobatan putranya yang sakit. Beliau punya putra 2 orang, yang pertama usia 16 tahun dan yang kedua 4 tahun. Yang sakit adalah anak pertama, menderita kelumpuhan sejak usia 1 tahun sampai dengan sekarang, ditambah, kedua matanya sekarang hampir buta, dan sedang sakit astma akut (yang sekarang sedang diobati), berat badannyapun hanya 22 Kg saja, tentu bisa terbayang anak usia 16 tahun dengan bobot badan seberat itu seperti apa bentuk fisiknya....MasyaAllah.....dia sangat mencintai kedua anaknya itu.....Katanya, “Anak itu titipan tuhan, bukan miliki kita. Kita harus amanah dengan titipan itu, jangan sampai kita dicap Allah sebagai orang yang tak mampu menjalankan amanah, apapun kondisi anak itu, apapun kondisi kita, syukuri saja....”. Hati saya bergetar mendengar itu......jadi teringat si Tegar (si Ferry, yang dianiaya orang tuanya, atau anak yang digilaskan kakinya ke roda kereta api.....Naudzubillah....) Dari cerita Pak Mamat, saya dapat menangkap beliau adalah orang miskin yang sangat besar motivasi hidupnya, pekerja keras, namun sabar...beliau membesarkan kedua anaknya sendiri, istilahnya single parent tea meureun....Tempat berteduhnyapun menempati tanah suatu jawatan perkebunan, dan rumahnya dibuatkan dengan hasil gotong royong masyarakat yang bersimpati dengan beliau. Istri tercintanya telah mendahuluinya pergi ke Sang Maha Pencipta lebih dulu....Kebanggaan akan istrinya itu diekspresikan dalam obrolan sepanjang perjalanan Sumedang-Bandung itu....Beliau sangat mencintai istrinya, istri yang tak sempat beliau bahagiakan....katanya sambil lirih. Dari obrolan ngalor-ngidul (dengan topik spesifik, yaitu tentang hidup dan kehidupan) yang sengaja topiknya saya persempit, ada satu pelajaran yang saya dapatkan dari beliau.Katanya, “HATI ITU IBARAT RAJA ATAU PIMPINAN, BAWAHANNYA ADALAH MATA, MULUT, TANGAN, KAKI, DAN TELINGA....JIKA BADAN KITA DIPIMPIN OLEH PIMPINAN ATAU RAJA YANG BAIK, MAKA BAIK PULA LAH LAKU BAWAHANNYA ITU....BEGITU PULA SEBALIKNYA, PIMPINAN KITA ATAU RAJA KITA BURUK, MAKA BURUK PULA LAH LAKU BAWAHANNYA...KARENA BAWAHAN HANYA DIPERINTAH OLEH RAJA ATAU PIMPINAN.....” Sekian...semoga menjadi pencerahan bagi hidup kita.... Bandung, 1 Juli 2010.....

Rabu, 24 November 2010

Ada apa dengan Ayah kita?

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa kangen sekali dengan Ibunya. Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih kecil……Ayah biasanya mengajari anaknya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu…Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” , Ibu takut anak manisnya terjatuh lalu terluka…. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu kau PASTI BISA melakukannya.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba.Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :”Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.. Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu…. Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia….. :’) Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu.. Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir… Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut…Ketika melihat putra/putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang?” Bahwa anaknya kelak akan segera pergi meninggalkan Ayah”

Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti… Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah

Ketika kamu menjadi dewasa….Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…Ayah harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu? Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati… Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta mainan baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak…. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “anak kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Ayah tahu…..Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti…

Dan akhirnya….Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki/wanita yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia…. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat Bahagia!

Kemudian Ayah berdoa….Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata: “Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik….anak kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita/pria yang cantik/hebat….Bahagiakanlah ia bersama pasangannya….”

Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Ayah telah menyelesaikan tugasnya….

Ayah, Papa, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu…

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal apapun.:’)

Tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah hingga tugasnya selesai….
Jika kamu mengalaminya, Kamu adalah salah satu orang yang beruntung…




Buat bapakku tercinta....yang telah membesarkan dan mendidik anak-anaknya.....hik..hik...hik.....